Rabu, 27 Mei 2009

Galabo

Galabo adalah akronim Gladag Langen Boga suatu tempat di Solo waktu malam tempat masyarakat menikmati makan. Ada kurang lebih 50 gerai makanan dibuka di sana. Semuanya menawarkan makanan khas Solo yang terkenal seperti gudeg ceker, tengkleng, pecel, bakmi jawa, dllnya. Malam ini aku dan nyonya ditemani Pak Edy dan nyonya menikmati gudeg ceker di Galabo ini. Suasananya seperti akau di Tanjungpinang, terbuka dan membuat santai.

Pagi ini aku bangun cukup gasik karena panas dan listrik mati. Sambil meraba raba aku wudhu, salat dan bersiap siap untuk jalan pagi. Aku berjalan rute biasanya yaitu rumah pasar rumah. Sarapanku bubur oatmeal yang ditaburi kismis buatan nyonya.

Di kantor aku ikut apel. Pak Sukadi tidak ikut karena sedang rapat di Semarang. Pak Sobar tak terlihat entah ke mana. Sekitar pukul 09.30 aku, Pak Ketut, Bu Tyas, Bu Wiwik dan Bu Tasinah ke Gombong untuk menghadiri resepsi manten. Pak Suwardi menyelenggarakan resepsi itu di Benteng Van der Wijck untuk anak perempuannya. Rombongan pulang hanya 4 orang karena berkurang Bu Tasinah. Mobil Taft Rocky yang kami pakai dan disopiri Pak Ketut mogok di Sruweng. Rupanya talikipasnya putus. Aku dan Bu Wiwik pindah ke mobilnya pak Djoko dan pukul 14.00 sampai di kantor.

Setelah salah ashar aku dan nyonya pergi ke Solo. Kami berhenti di Bandara Adisutjipto Jogja untuk membeli voucher hotel. Kami mendapatkan voucer sebuah kamar standar di Hotel Agas dengan harga Rp375.000. Aku lalu menelpon Pak Edy Liestanto mengabarkan kami akan ke Solo. Sekitar pukul 19.00 kami tiba di Hotel Agas dan Pak Edy dan nyonya telah menunggu di sana. Malam ini kami diantar mereka untuk menikmati suasana malam Solo di Galabo.

Tidak ada komentar: